Dalam keseharian, kita kerap jumpai nilai-nilai kepedulian jauh membumi di kalangan masyarakat biasa. Bahkan, dari mereka banyak yang secara ekonomi kurang mampu. Tapi lihatlah cara hidupnya, saling berbagi satu dengan lainnya. Dua liter beras, kadang dibagi dengan tetangganya. Bahkan, ada yang diam-diam menunaikan zakat dan sedekah ke sebuah lembaga tanpa mau disebut namanya.
Pada suatu kesempatan, saya bertanya pada orang-orang itu. Apa sebab nuraninya begitu hidup. Mereka mengatakan, kami tahu rasanya lapar, kerasnya bertahan hidup, dan lemahnya jadi orang tidak berdaya. Maka, saat ada kelebihan, tak mungkin kami tega melihat mereka merasakan apa yang juga kami rasakan.
Tapi, Allah SWT telah menghitung dengan adil. Mereka yang mengiklaskan miliknya untuk berbagi dan sedekah, tak akan mengurangi harta miliknya. Orang-orang yang beruntung itu, tampak hidupnya berkah dan selalu cukup. Dalam sejarah Islam, kita kenal Fatimah Az-Zahra RA yang ikhlas bersedekah seuntai kalung warisan. Kalung itu ia sedekahkan kepada musafir yang tiga hari tidak makan karena kehabisan bekal. Kalung itu, kemudian dijual si musafir kepada Abdurrahman bin Auf ra.
Setelah cukup bekal, musafir melanjutkan perjalannya lagi. Tapi, setelah mengetahui keikhlasan Fatimah dalam bersedekah, Abdurrahman segera menghadiahkan kalung tadi kepada Nabi SAW, ayahanda Fatimah, sebagai pemilik awalnya. Pada kenyataannya, setelah melewati tiga orang kalung itu kembali ke Fatimah kembali.
Semua itu karena keikhlasan Fatimah menyedekahkan kalungnya. Ia memetik amalan sedekah secara tunai. Allah menjanjikan jalan yang mudah bagi orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan mendapat balasan berlipat ganda.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah 261]
Bahkan di antara rahasia dan keutamaan orang yang rajin bersedekah, yaitu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis:
1) “Orang yang pemurah itu dekat dari Allah, dekat dari manusia, dekat dari surga dan jauh dari neraka. Adapun orang yang kikir, maka jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat kepada neraka (siksaan Allah). ” (HR Tirmidzi dan Baihaqi)
2) “Sesungguhnya shadaqah itu dapat memadamkan murka Allah dan dapat menolak cara mati yang buruk.” (H.R. Tirmidzi, lbnu Hibban, lbnu ‘Adi, dan Baihaqi).
Kita semua, tentu selalu berharap dan berdoa mati dalam keadaan khusnul khotimah bukan? Sedekah bisa menjadi jalannya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas