Apa sebenarnya makna sholat yang sebenarnya kita kerjakan itu?.
Barangkali itulah pertanyaan mendasar yang semestinya selalu kita ajukan
pada diri kita sendiri takkala kita sedang menunaikan ibadah wajib
itu. Tetapi kebanyakan umat Islam jarang mempunyai pertnyaan kritis
semacam itu terhadap sesuatu perintah Allah, khususnya shalat.
Sebanarnya
dengan shalat itu kita sedang melakukan instropeksi. Di samping
instropeksi, shalat juga berfungsi sebagai sarana untuk memotivasi
setiap langkah hidup kita, sekaligus alat bagi kita untuk mencegah
perbuatan yang tidak benar.
Hal ini sangat ditekankan
sekali oleh Allah SWT, sehingga shalat ini dicanangkan sebagai perintah
yang sangat penting sekali. Shalat juga merupakan ibadah yang
sempurna. Jika Allah menyatakan bahwa Al Quran sebagai penyempurna
kitab-kitab sebelumnya, Islam sebagai penyempurna ajaran yang dibawa
para nabi sebelumnya dan Nabi Muhammad sebagai Rasul yang
menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya, maka ibadah shalat adalah
ibadah yang sempurna.
Indikasinya dapat kita lihat dari
unsur-unsur yang ada pada rukun dan syarat sahnya shalat. Di mana dari
keseluruhan unsur yang ada itu semuanya sama dilakukan oleh umat Islam
di penjuru dunia. Andaikata ada tukang foto dunia yang mengabadikan
orang Islam ketika shalat, maka akan kelihatan sekali kekompakannya.
Rukunnya sama, sujudnya sama, bacaan dan seluruh rukunnya semua sama.
Tak ada sedikitpun yang berbeda.
Unsur kesamaan itu
apabila kita jabarkan dalam dunia kerja, maka tidak ada pekerjaan yang
berat apabila dikerjakan secara berjamaah atau gotong-royong. Seberat
apapun suatu pekerjaan, apabila dilakukan dengan berjamaah dan
gotong-royong maka akan terasa ringan. Berat sama dipikul ringan sama
dijinjing, dengan tanggung jawab yang sama seperti ibadah shalat, maka
tidak ada pekerjaan yang berat.
Pertanyaan ke dua,
mengapa Allah SWT menyuruh umat Islam menunaikan shalat setiap hari?
mengapa tidak menyuruh setiap minggu sekali, sebulan sekali atau setahun
sekali?. Mengapa Allah memerintahkan kita shalat selama sehari lima
kali?.
Jawabannya mudah saja. Manusia itu jiwanya tidak
akan stabil jika tidak menunaikan shalat setiap harinya. Sedangkan yang
sudah melaksanakan shalat setiap hari saja kadang-kadang jiwanya dan
imannya masih labil. Makanya Allah menyatakan “faaqimish shalah
lidzikri”, tegakkan shalat untuk mengingat Aku.
Manusia
itu diciptakan dengan sifat lupa yang selalu melekat dalam dirinya.
Manusia bila memperoleh kesuksesan cenderung lupa. Apabila lupa telah
menguasai dirinya, maka dia mudah menjadi sombong. Bahkan yang mendapat
kesusahan saja juga sering lupa. Apabila orang yang ditimpa kesusahan
ini lupa kepada Allah, dia pasti mengalami frustasi, putus asa yang
akan menjerumuskannya pada jalan yang tidak di ridhoi Allah. Firman
Allah menyatakan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٧٧)
77.
Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. (QS.
Al Hajj : 77)
Mengapa kita diperintahkan untuk rukuk?
apa kandungan dari perintah itu? dan mengapa kita diperintahkan untuk
sujud?. Dua ajaran itu, rukuk dan sujud, mengandung makna filosofis
bahwa kita ini dianjurkan untuk menundukkan dada dan kesombongan kita.
Di hadapan Allah-lah, kita harus menundukkan dada. Karena biasanya orang
yang sombong itu selalu menunjukkan dadanya, mengangkat dadanya. Maka
perintah rukuk ini adalah anjuran kepada kita, agar kita tidak bersikap
sombong.
Sedangkan sujud mengandung makna yang sama
dengan perintah rukuk. Seperti kita ketahui, kepintaran seseorang itu
selalu diidentikkan dengan otak. Sedangkan otak manusia itu ada di
dalam kepala manusia. Perintah sujud mengandung makna filosofis
sepintar apapun manusia, di hadapan Allah tidak ada artinya apa-apa.
Oleh karena itu otak manusia yang ada dalam kepala manusia selalu ada
di bawah ketika ia melakukan sujud.
Seperti diketahui
bersama, setiap pergantian gerak dalam shalat selalu disertai kalimat
takbir. Mengapa demikian? hal ini berkaitan dengan perintah rukuk dan
sujud seperti dijelaskan di atas. Perintah rukuk dan sujud mengandung
ajaran supaya kita bersikap tidak menyombongkan diri dan berusaha untuk
merendahkan hati. Ajaran ini menegaskan antara sesama manusia itu
tidak ada perbedaan. Baik itu dari warna kulit, keturunan maupun
kepintarannya. Dihadapan Allah semua manusia itu sama. Tidak ada yang
lebih besar atau lebih kecil, tidak ada yang lebih berkuasa atau
menjadi hamba, semua sama. Yang Maha Besar adalah Allah SWT semata.
Yang Maha Kuasa adalah Allah semata. Inilah makna kalimat takbir yang
selalu kita ucapkan dalam setiap pergantian gerak shalat kita.
Untuk
memahami makna ajaran dalam ajaran shalat ini memang perlu penghayatan
yang lebih dalam. Hendaknya kalimt takbir tidak hanya di ujung bibir
saja. Dengan menghayati makna kalimat takbir ini akan membawa kita pada
penghayatan makna keberadaan manusia dan makhluk yang ada di bumi ini
adalah kecil. Semua makhluk pasti musnah. Tak terkecuali manusia Yang
Maha Benar, Yang Maha Kekal adalah Allah.
Inilah
rahasianya mengapa Allah menyuruh kita untuk melaksanakan shalat
minimal lima kali dalam sehari. Dengan penghayatan yang mendalam
terhadap makna yang terkandung dalam ajaran shalat dan itu diulangi
sebanyak lima kali setiap harinya, maka hal ini akan membawa pengaruh
pada kesehatan jiwa. Dengan shalat jiwa kita menjadi suci. Tidak ada
sifat keserakahan yang menjerumuskan kita pada sikap merendahkan orang
lain. Dengan hilangnya sifat-sifat syaithaniyah inilah akan membawa
kita pada kesuksesan. Dengan hilangnya penyakit-penyakit yang ada dalam
jiwa ini, jiwa akan cenderung untuk melakukan kebaikan. Dan ini sesuai
dengan firman Allah di atas. Kunci kesuksesan adalah berbuat
kebajikan, rukuk dan sujud kepada Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas