Ada
pembicaraan antar ibu-ibu di sekolah yang tiada lain menceritakan
sulitnya membesarkan anak perempuannya ketimbang anaknya yang laki-laki.
Ternyata memang benar adanya di sisi Allah SWT, bahwa mendidik anak
perempuan lebih banyak pahalanya.
Mendidik anak perempuan dan
mentarbiyahnya akan menjadi tabir dan penghalang dari api neraka.
Diriwayatkan dari Uqbah bin Nafie ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
“مَنْ كاَنَ لَهُ ثَلاَثُ بَناَتٍ فَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَأَطْعَمَهُنَّ
وَسَقاَهُنَّ وَكَساَهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجاَباً مِنَ
النّاَرِ يَوْمَ الْقِياَمَةِ”
“Barangsiapa memiliki tiga anak
perempuan kemudian ia sabar atas (merawat dan mendidik) mereka serta ia
memberi makan dan minum mereka dari apa-apa yang ia dapatkan maka
anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api
neraka di hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Allah memperingatkan
para orangtua agar menjaga anak-anak mereka. Sebab dari merekalah kita
bisa akan ikut terseret ke neraka janannam. “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat malaikat yang
kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(TQS.At-Tahrim:6)
Imam Al Ghazali mengatakan, pendidikan utama bagi anak-anak adalah
pendidikan agama. Karena di situlah pondasi utama bagi pendidikan
keluarga. Pendidikan agama ini meliputi pendidikan aqidah, mengenalkan
hukum halal-haram memerintahkan anak beribadah (shalat) sejak umur tujuh
tahun, mendidik anak untuk mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, keluarganya, orang-orang yang shalih dan mengajar anak membaca
al-Qur’an.
“Hendaklah anak kecil diajari al-Qur’an hadits dan
sejarah orang-orang shalih kemudian hukum Islam,” ujar Al-Ghazali. Baru
setelah itu diajarkan pada mereka pengetahuan umum.
Jaman Sudah Akhir
1. Survey BKKBN tahun 2010 yang menunjukkan bahwa 51% remaja di
Jabodetabek telah melakukan hubungan seks diluar nikah. Kondisi ini tak
hanya terjadi di Jabodetabek, tren mengerikan juga terjadi di berbagai
kota. Surabaya (54 %), Bandung (47 %), dan Medan (52 %).
2.Di
jaman penuh fitnah ini, sering kita dapati orangtua yang tak bisa
membedakan mana pendidikan utama dan mana pendidikan yang sampingan.
Umumnya orangtua terkecekoh dengan angka-angka, nilai akademik dan
janji-janji artificial. Banyak orangtua mengantarkan anaknya les
Inggris, matematika dengan harapan IQ nya cemerlang dan indeks
prestasinya terdongkrak.
3. Beberapa orangtua lain; mengikutkan
anak-anak mereka ikut les balet, piano, dll sementara di sisi lain
mereka lupa pendidikan tauhid. Bagaimana anak-anaknya mengenal sang
Pencipta, Allah Azza Wa Jalla. Bagaimana agar anaknya kelak memiliki
rasa malu, menjaga aurat, membatasi lawan jenis dll. Yang terjadi justru
kebanyakan orantua bangga anak-anak putri mereka dijemput pacarnya.
Seolah jika anak mereka tak punya pacar, mereka khawatir anak
perempuannya tidak laku.
Dengan fakta-fakta tersebut di atas,
maka perlulah kita sebagai orangtua yang nantinya akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat nanti sebijak mungkin memberi prioritas
utama untuk memberikan pendidikan agama, seperti mengajarkan Syari’at
secara benar dan serius, akhlak dan adab, mencintai Allah dan
Rasul-Nya..karena Allah SWT telah berfirman :
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat
malaikat yang kasar, yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”(TQS.At-Tahrim:6)
Kami berharap semoga uraian kami di atas sebagai bahan introspeksi bagi
orangtua yang sudah memiliki anak, baru akan menikah/akan mempunyai
anak yang sholaeh/sholihah.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas