Rasullullah SAW adalah sosok yang fasih berbicara. Sedikit bicara namun penuh makna, mudah dimengerti, dan tidak menyinggung perasaan orang yang diajak berbicara.
Berkomunikasi adalah hal yang penting dalam hubungan antara manusia,
bahkan di masa kini, komunikasi sangat menentukan sukses tidaknya
seseorang dalam segala sisi kehidupan. Rasulullah SAW adalah seorang
komunikator yang handal. Seorang teladan luar biasa yang sepantasnya
kita tiru.
Berikut ini adalah beberapa tips yang diangkat dari teladan beliau dalam berkomunikasi:
Rasullullah SAW adalah sosok yang fasih berbicara. Sedikit bicara namun
penuh makna, mudah dimengerti, dan tidak menyinggung perasaan orang
yang diajak berbicara.
Ketika ada yang salah dan harus dihukum, maka hukumlah dengan adil tanpa harus menghinakannya.
Berikan motivasi perbaikan diri kepada orang yang dihukum dan sudah
menyesali kesalahannya, bukan malah menghina atau mencemoohnya.
Berkatalah yang baik ketika mendapat musibah. Lakukan introspeksi, tidak menyalahkan siapapun, apalagi menghujat Allah SWT.
Berkatalah yang baik atas orang yang sudah meninggal, kecuali untuk
penulisan sejarah, boleh ditulis sewajarnya berdasarkan fakta yang ada.
Berbicara yang baik kepada yang bukan ahli waris (tidak mendapat waris)
Rasulullah SAW berpesan kepada perempuan untuk berbicara dengan cara yang baik dengan tidak mempermainkan suaranya.
Ketika ditanya, “Siapa Anda?”, maka sebutkan nama kita, jangan hanya “Aku!”, atau “Saya!”.
Berdakwah dengan cara yang terbaik yaitu dengan lemah lembut. Kalaupun harus berdebat, lakukan dengan cara yang paling baik.
Berkata yang baik pada saat khitbah (meminang) seorang wanita.
Berkata yang baik saat memegang amanah, misalnya ketika mendapat
kepercayaan menjadi pimpinan atau memegang suatu tanggung jawab penting.
Sabar dan tiada batasan untuk sabar. Sabar tidak berbatas, kita sendirilah yang membatasinya.
Ketika mendapati diri mendapat fitnah maka ketika diklarifikasi maka
lakukanlah dengan sabar. Jika memungkinkan, nasehatkan kebenaran kepada
orang yang menyebarkan fitnah tersebut agar tersadar dari kesalahannya.
Bagaimanapun, jika kebaikan kita dibalas dengan keburukan lalu kita
seolah tidak peduli, maka ibaratnya kita sedang memberikan bara api
kepada orang tersebut. Adalah kewajiban kita untuk menasehatinya,
minimal mendoakannya agar suatu saat diberikan hidayah oleh Allah.
Sungguh perbuatan yang mencerminkan akhlak mulia memberikan efek yang
jauh lebih dahysat dibandingkan dengan sekadar lisan. Siapkah diri kita
untuk mengamalkan akhlak seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW baik
dalam bertutur kata maupun berbuat? Insya Allah.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas