Kajian Oleh: KH. Abdurrahman Navis, Lc
Di antara syarat sahnya shalat adalah harus suci dari najis dan hadats. Suci dari najis baik badan, pakaian dan tempatnya. Barang najis itu ada yang ringan (mukhoffafah) seperti kencing
bayi lelaki yang belum makan nasi, cara membersihkannya cukup disiram
dengan air yang suci melebihi jumlah kencing sudah menjadi suci kembali.
Ada najis yang berat (mogholladzoh) seperti najisnya anjing, cara
mencucinya harus disiram tujuh kali di antaranya harus dicampur debu.
Dan ada najis yang sedang-sedang (mutawassithoh) seperti kotoran hewan,
manusia, setiap sesuatu yang cair yang keluar dari perut manusia, darah
dan lain-lain, cara mencucinya harus dibasuh dengan air yang suci
sampai hilang bau, warna dan rasanya.
Air liur adalah air yang
keluar melaui mulut manusia pada saat tidur. Apakah ini najis ?
Ditafsil. Jika air liur itu keluar dari lambung atau perut (maiddah)
maka hukumnya najis. Tetapi kalau hanya keluar dari tenggorokan saja
maka air liur itu tidak najis. Syeikh Muhammad Nawawi al Jawi al
Banteni menjelaskan, “ Air yang mengalir dari mulut orang yang sedang
tidur (air liur) itu najis jika keluar dari lambung atau perut
(maiddah), seperti keluarnya berwarna kuning dan kental. Tetapi tidak
najis kalau keluar dari selain lambung atau ragu apakah dari lambung
atau tidak, maka itu suci. Ya, kalau seorang kena cobaan dengan selalu
mengeluarkan air liur tanpa bisa ditahan itu dimaafkan dan tidak
najis.” ( Nihayatuzzen : 40)
Jika Anda selesai
shalat tertidur dan kepala rata dengan badan tidak pakai bantal maka
sangat mungkin air liur yang keluar -jika kental dan berwarna ke
kuning-kuningan- itu dari perut dan jika mengenai badan atau rukuh itu
najis dan kalau rukuhnya najis maka tidak sah digunakan untuk shalat.
Tetapi jika Anda tidur memakai bantal yang kepala lebih tinggi dari
badan serta air liur yang keluar berwarna bening mungkin itu hanya
keluar dari teggorokan maka itu suci tidak najis dan boleh dipakai
shalat. Namun alangkah baiknya kalau rukuhnya terkena iar liur segera
dicuci sebelum dipakai shalat lagi dan ketika shalat pakailah pakaian
yang paling baik dan bersih demi melaksanakan firman Allah SWT dalam
surat al- A’raf ayat : 31, “ Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah di setiap (memasuki) mesjid. (salat, tawaf dan ibadah lain).”
Wallahu a’lam bisshwab.
لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ ..
BalasHapusMohon mnta penjelasan mengenai hukum menikah dengan paman tiri(adik dri ibu tiri)...terimakasih wassalamualaikum..
Berarti klo shabis sholat,mukena gk d lepas,lanjut tdur,gpp yach,asal jgn ngiler😉
BalasHapusOk lach,mksh ats pnjlasannya
Boleh ga mukena di pakai untuk buang air besar
BalasHapus