Istilah
'salaf' artinya adalah sesuatu yang lampau atau terdahulu. Terjemahan
salaf dalam bahasa Indonesia bisa bermacam-macam, seperti lampau, kuno,
konservatif, konvensional, ortodhox, klasik, antik, dan seterusnya.
Kalau kita lihat dari sisi ilmu hukum dan syariah, istilah salaf
sebenarnya bukan nama yang baku untuk menamakan sebuah medote istimbath
hukum. Istilah salaf hanya menunjukkan keterangan tentang sebuah kurun
waktu di zaman yang sudah lampau.
Kira-kira perbandingannya
begini, kalau kita ingin menyebut skala panjang suatu benda dalam ilmu
ukur, maka kita setidaknya mengenal ada dua metode atau besaran, yaitu
centimeter dan inchi. Di Indonesia biasanya kita menggunakan besaran
centimeter, sedangkan di Amerika sana biasa orang-orang menggunakan
ukuran inchi. Nah, tiba-tiba ada orang menyebutkan bahwa panjangnya meja
adalah 20 'masa lalu'.
Lho? Apa maksudnya '20 masa lalu' ?
Apakah istilah 'masa lalu' itu adalah sebuah besaran atau ukuran dalam
mengukur panjang suatu benda? Jawabannya pasti tidak. Yang kita tahu
hanya besaran 20 centimeter atau 20 inchi, tapi kalau '20 masa lalu',
tidak ada seorang pun yang mengenal istilah itu.
Ya bisa saja
sih segelintir orang menggunakan istilah besaran 'masa lalu' sebagai
besaran untuk mengukur panjang suatu benda, tetapi yang pasti besaran
itu bukan besaran standar yang diakui dalam dunia ilmu ukur. Jadi kalau
kita ke toko material bangunan, lalu kita bilang mau beli kayu triplek
ukuran 20 'masa lalu', pasti penjaga tokonya bingung dan dahinya
berkerut 10 lipatan.
Sistem Operasi Komputer
Dalam
dunia komputer kita juga mengenal istilah sistem operasi. Dan kita tidak
akan bisa menggunakan komputer, kalau sistem operasinya tidak diinstal
terlebih dahulu. Tidak ada komputer kalau tidak ada sistem operasinya.
Meski sebenarnya jumlah sistem operasi cukup banyak, tapi yang paling
populer dikenal orang awam cuma tiga saja, yaitu Windows, Linux dan Mac.
Ketiganya diciptakan oleh team-team yang ahli di bidang teknologi IT,
dan sudah mulai menciptakan sistem operasi itu sejak awal komputer
ditemukan.
Buat kita orang awam, kalau beli komputer pastilah
kita pilih yang sudah ada sistem operasinya. Sebab kita tidak akan mampu
menciptakan sistem operasi sendiri. Bahkan para programmer pun umumnya
pakai sistem operasi salah satu dari ketiganya. Saya belum pernah
menemukan ada orang sangat pintar dalam urusan komputer, sampai-sampai
dia bisa bikin sistem operasi sendiri. Kalau sekedar bikin script atau
bikin pemrograman, tentu banyak yang mampu. Apalagi bikin tulisan di
microsoft word, saya kira semua orang juga bisa.
Tetapi bikin
sebuah file tulisan di microsoft word itu tidak sama dengan menciptakan
sistem operasi. Meski pun nama filenya bernama :
sistem-operasi-masa-lalu.doc, tetapi kalau kita buka, tentu isinya bukan
sistem operasi. Itu cuma file microsoft word, tetapi mengaku-ngaku
sebagai sistem operasi. Anak TK juga bisa bikin file begituan.
Yang pasti, di dunia ini kita tidak pernah mendengar ada orang menjual
sistem operasi yang namanya adalah : salaf alias 'masa lalu'. Dan kalau
ada orang datang ke toko komputer lalu minta komputernya diinstal dengan
sistem operasi 'masa lalu', tentu pemilik toko menggelengkan kepala.
Dia pasti bingung sambil bertanya, 'OS masa lalu, apaan tuh mas?'.
Nah, kurang lebih perbandingannya begini. OS yang kita kenal seperti
Windows, Linux dan Mac itu kira-kira seperti mazhab-mazhab fiqih baku
yang kita kenal sekarang ini, seperti mazhab Al-Hanafiyah, Al-Malikiyah,
Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah. Semua orang tahu dan semua orang
pakai. Dan nyatanya memang ketiga OS itulah yang digunakan orang, tentu
dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya.
Lalu
tiba-tiba ada orang yang tidak mau pakai salah satu dari ketiga OS itu,
cuma sayangnya dia pun bukan ahli komputer, bukan programmer dan
pengetahuannya tentang komputernya di bawah rata-rata, alias orang awam.
Kemudian dia menghayal untuk bikin OS yang diberinya nama : 'masa
lalu', padahal yang dia buat adalah sebuah file tulisan dengan
menggunakan microsoft word. Tetapi karena komputernya belum ada
sistemnya, meski file word itu ada di dalam hardisk, apa yang akan
terjadi?
Begitu dia booting untuk menyalakan komputernya, yang
tampil di layar cuma warna hitam saja. Kalau pun ada tulisan, cuma
keterangan bahwa komputer ini tidak atau belum ada sistemnya. Silahkan
instal sistem ke dalamnya. File word yang dia bikin dengan nama 'masa
lalu' ternyata bukan sebuah sistem, tetapi sekedar sebuah file, itu pun
sebenarnya under windows juga.
Kalau melihat kelakuan bocah
lugu seperti itu, tentu kita yang rada sedikit mengerti tentang komputer
akan tertawa terpingkal-pingkal. Sudahlah belajar komputer saja yang
benar dengan guru yang benar juga, kurang lebih begitu nasehat kita
kepadanya.
Mazhab Fiqih Yang Empat Adalah Salaf
Sementara kita memperbincangkan bahwa salaf itu bukan nama sebuah
sistem, sebenarnya justru keempat mazhab yang kita kenal itu hidupnya
malah di masa salaf, alias di masa lalu.
Al-Imam Abu Hanifah
(80-150 H) lahir hanya terpaut 70 tahun setelah Rasulullah SAW wafat.
Apalah seorang Abu Hanifah bukan orang salaf? Al-Imam Malik lahir tahun
93 hijriyah, Al-Imam Asy-Syafi'i lahir tahun 150 hijriyah dan Al-Imam
Ahmad bin Hanbal lahir tahun 164 hijriyah. Apakah mereka bukan orang
salaf?
Maka kalau ada yang bilang bahwa mazhab fiqih itu bukan
salaf, barangkali dia perlu belajar sejarah Islam terlebih dahulu. Sebab
mazhab yang dibuangnya itu ternyata lahirnya di masa salaf. Justru
keempat mazhab fiqih itulah the real salaf.
Sedangkan Ibnu
Taimiyah, Ibnul Qayyim dan Ibnu Hazm, kalau dilihat angka tahun
lahirnya, mereka juga bukan orang salaf, karena mereka hidup jauh
ratusan tahun setelah Rasulullah SAW wafat. Apalagi Syeikh Bin Baz,
Utsaimin dan Al-Albani, mereka bahkan lebih bukan salaf lagi, tetapi
malahan orang-orang khalaf yang hidup sezaman dengan kita.
Sayangnya, Ibnu Taymiyah, Ibnul Qayyim, apalagi Bin Baz, Utsaimin
termasuk Al-Albani, tak satu pun dari mereka yang punya manhaj, kalau
yang kita maksud dengan manhaj itu adalah arti sistem dan metodologi
istimbath hukum yang baku. Bahasa mudahnya, mereka tidak pernah
menciptakan ilmu ushul fiqih. Jadi mereka cuma bikin fatwa, tetapi tidak
ada kaidah, manhaj atau polanya.
Kalau kita ibaratkan
komputer, mereka memang banyak menulis file word, tetapi mereka tidak
menciptakan sistem operasi. Mereka punya banyak fatwa, mungkin ribuan,
tetapi semua itu levelnya cuma fatwa, bukan manhaj apalagi mazhab.
Bukan Salaf Tetapi Dzahihiri
Sebenarnya kalau kita perhatikan metodologi istimbath mereka yang
mengaku-ngaku sebagai salaf, sebenarnya metode mereka itu tidak mengacu
kepada masa salaf. Kalau dipikir-pikir, metode istimbah yang mereka
pakai itu lebih cenderung kepada mazhab Dzhahiriyah. Karena kebanyakan
mereka berfatwa hanya dengan menggunakan nash secara Dzhahirnya saja.
Mereka tidak menggunakan metode istimbath hukum yang justru sudah baku,
seperti qiyas, mashlahah mursalah, istihsan, istishhab, mafhum dan
manthuq. Bahkan dalam banyak kasus, mereka tidak pandai tidak mengerti
adanya nash yang sudah dinasakh atau sudah dihapus dengan adanya nash
yang lebih baru turunnya.
Mereka juga kurang pandai dalam
mengambil metode penggabungan dua dalil atau lebih (thariqatul-jam'i)
bila ada dalil-dalil yang sama shahihnya, tetapi secara dzhahir nampak
agak bertentangan. Lalu mereka semata-mata cuma pakai pertimbangan mana
yang derajat keshahihannya menurut mereka lebih tinggi. Kemudian nash
yang sebenarnya shahih, tapi menurut mereka kalah shahih pun dibuang.
Padahal setelah dipelajari lebih dalam, klaim atas keshahihan hadits
itu keliru dan kesalahannya sangat fatal. Cuma apa boleh buat, karena
fatwanya sudah terlanjur keluar, ngotot bahwa hadits itu tidak shahih.
Maka digunakanlah metode menshahihan hadits yang aneh bin ajaib alias
keluar dari pakem para ahli hadits sendiri.
Dari metode kritik
haditsnya saja sudah bermasalah, apalagi dalam mengistimbath hukumnya.
Semua terjadi karena belum apa-apa sudah keluar dari pakem yang sudah
ada. Seharusnya, yang namanya ulama itu, belajar dulu yang banyak
tentang metode kritik hadits, setelah itu belajar ilmu ushul agar
mengeti dan tahu bagaimana cara melakukan istimbath hukum. Lah ini belum
punya ilmu yang mumpuni, lalu kok tiba-tiba bilang semua orang salah,
yang benar cuma saya seorang. Waduh, minum dimana mabok dimana nih
orang. . .
Bukan Salaf Tapi Taklid Kepada Ulama Dengan Sistem Tebang Pilih
Dan dalam kenyatanyaannya, sebenarnya yang mereka lakukan pada
hakikatnya hanyalah sekedar bertaklid buta kepada tokoh yang mereka
anggap sebagai ulama. Namun sayangnya, ketika mereka bilang ikut para
ulama, ternyata dengan cara tebang pilih. Kalau ada ulama yang sekiranya
punya pendapat cocok dengan 'selera' mereka, maka pendapatnya itu
diikuti bagaikan wahyu yang turun dari langit, sambil mencaci maki semua
ulama yang lain.
Ulama yang pandangannya agak berbeda dengan
pendapat mereka, maka tanpa ampun lagi ulama itupun dicaci maki, bahkan
dikatakan bodoh, tidak mengerti agama, bahlul dan kadang dianggap keluar
dari agama. Padahal ulama yang mereka caci maki itu justru hidupnya di
masa salaf, masa yang mereka bangga-banggakan sebagai masa yang paling
suci dan murni. La haula wala quwwata illa billah.
Jadi mereka
sih memang ikut pendapat ulama, tetapi hanya terbatas pada ulama yang
pendapatnya sesuai dengan selera mereka sendiri saja. Kalau pendapat
seorang ulama ternyata tidak sesuai dengan selera, pendapat ulama itu
pun dibuang jauh-jauh.
Lucunya, seringkali dalam beberapa
pendapat, si ulama yang ditaklidi ini ternyata punya pendapat yang tidak
sesuai dengan 'selera' mereka, maka tulisan para ulama ini pun
disembunyikan. Kalau perlu, mereka bisa cetak kitabnya, tetapi materi
yang sekiranya kurang sesuai dengan 'selera' mereka pun bisa dihapus.
Maka kita menemukan begitu banyak kitab para ulama dicetak dan beredar,
tetapi isinya sudah diputar-balik sedemikian rupa, sehingga seolah-olah
penulisnya itu 100% cocok dengan 'selera' mereka. Padahal yang
sebenarnya terjadi adalah kitmanul-haq, atau setidaknya sebuah
pengkhianatan. Dalam istilah ilmu hadits, namanya tadlis.
Sesama Tokoh Salaf Pun Tidak Sepakat
Fakta di lapangan yang sering kita temukan, ternyata pendapat para
tokoh yang mengaku salaf ini tidak selamanya sejalan, banyak sekali
perbedaan pendapat yang pecah di tengah mereka. Padahal semuanya adalah
icon dan tokoh salaf. Jadi meski sudah sama-sama berpaham salaf, tetapi
ternyata mereka pun berbeda pendapat juga. Lucunya, sesama mereka pun
banyak saling hujat, saling caci dan saling memaki, khususnya di alam
maya.
Murid-murid yang kemarin sore baru belajar pun ketularan
penyakit yang sama. Tidak tahu urusan, yang penting kasih komen
dimana-mana, sambil menghina, mencaci, menghujat.
Kasihan juga
murid-muridnya, sudah terlanjur disuruh membenci segala yang bukan
berbau 'salaf', ternyata sesama orang yagn mengaku 'salaf' sendiri pun
tidak akur juga.
Lucunya, kalau fakta ini diajukan kepada
mereka, jawab mereka bahwa kita harus menerima kalau para ulama berbeda
pendapat. Tetapi kalau yang berbeda pendapat ulama di luar wilayah
mereka, tetap saja mereka perangi.
Semoga Allah SWT menurunkan
rahmat, hidayah serta ilmu-Nya yang diberkahi kepada kita semua, agar
tidak mudah mencaci maki orang, khususnya para ulama dan ilmu-ilmu yang
telah mereka wariskan kepada kita. Dan semoga kita bisa menjadi
murid-murid yang santun, shalih, beradab, berakhlaq mulia, serta tidak
merasa paling pintar sendirian.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Ajukan Pertanyaan atau Tanggapan Anda, Insya Allah Segera Kami Balas